Sabtu, 16 Mei 2009

Pulang Workshop

Bersama rekan-rekan dari Jatim, Jateng dan DIY selama 5 hari buat proposal SSN di Sahid Hotel Banjarsari Yogyakarta 11 s.d. 15 Mei 2009.
Ada hal yang beda dalam pembicaraan ketika saat makan maupun cofee break.
Kebijakan sekolah gratis... banyak yang keliru, terutama yang tidak mau tahu tentang resiko kegratisannya.
Pembicara sendiri banyak yang menyatakan ketidak setujuannya, jika sekolah murah itu bisa diterima. Memang pejabat ngomong, dilarang sekolah MEMUNGUT uang dari orang tua peserta didik, TETAPI TIDAK SALAH jika MENERIMA sumbangan dari mereka.
Aku yang cuma peserta cuma mikir-mikir... Piye to iki?
Aku punya anak yang masih duduk di bangku sekolah, apalagi aku juga guru... ya rela buat nyumbang, tapi aku lihat guru yang punya anak didik kok ya tidak mau tahu alias anaknya dibiarkan tidak mau nyumbang. Guru iki mudheng DHAPUR sekolahan gak ya...?
Anak-anak sekolah ya pakai sepeda motor..., nyumbang sedikit aja buat melanjutkan program yang sudah terencana kok ya wangkot.
Ada cerita lagi. Seorang dokter datang ke sekolah dengan mobil yang bagus. Ketika disodori isian sumbangan, begitu cerita kepala sekolah tetangga ngisinya mengagetkan. Dua puluh lima ribu buat satu semester. Yang dokter aja begitu... apalagi yang tani utun...
Whoalah...
Jadi orang kawogan mesti ati-ati. Perkataannya membawa dampak yang berefek negatif pada dunia pendidikan, pada cerita lain di Pati anak yang mau sekolah di sekolah RSBI belum juga anak lulus sudah setor SPI 3 juta, dan bulanan 300 ribu ya nyaman-nyaman aja.
Kebijakannya itu lho bikin terkotak-kotak...

1 komentar:

Unknown mengatakan...

ya sich emg ada orang yg kyk gtu,karena dya ga'bersyukur.klo bapak gmn?